4/2/13

Laquisha dan Piano

Penonton berdiri disertai tepuk tangan setelah jari-jariku menari diatas tuts piano. Aku melihat --- tepat di depan panggung tempatku berdiri --- seorang wanita paruh baya dengan gaya kerudungnya yang khas, ya ibuku. Aku melihat mata Ibu yang bersinar, bangga karena aku bisa berdiri di atas sini.

Ibuku sangat senang ketika aku menjadi seorang pemain instrumen piano terkenal. Tapi, untuk mendapatkan semua ini tidak mudah. Masa kecilku terlalu suram.

***

3/6/13

TulisanTerakhir Sahabat

Dada terasa sangat sakit ketika mengingat kejadian itu..

Saat dimana aku dan kamu pertama kalinya bertatap mata. Pertama kalinya kita mengeluarkan kata-kata.

2/24/13

Aku Bertanya, Hati yang Menjawab

Ku rebahkan tubuhku di tempat yang empuk beralaskan seprai merah muda. Ku tatap langit-langit kamarku yang berhiaskan lampu berbentuk bulan sabit berwarna putih susu. Sambil memeluk guling, aku bertanya pada diriku sendiri, "apa yang telah ku lakukan?" Disisi lain, hatiku menjawab, "kau tidak bersalah. Orang-orang itu hanya membuatmu bersalah. Aku yakin, sayang. Kau tidak bersalah."

1/23/13

Memilikimu

Saat memejamkan mata, aku membayangkan surga---bahagia saat dicintaimu, juga saat mencintaimu. Semuanya terasa begitu indah, terasa sempurna. Seperti cerita cinta sepanjang masa, aku bersyukur takdir membuatku jatuh cinta padamu.

12/19/12

Kopi dan Teh #3

Masih hari Rabu. Itu tandanya Navita akan satu atap bersama Om Nino 4 hari lagi. Memang hidup yang membosankan seminggu ini. Navita lebih memilih untuk berdiam lama di sekolah, di café untuk bertemu Sandi atau ke rumah salah satu sahabatnya. Donita yang tidak mengetahui apa-apa cukup heran dengan perubahan sikap kakak tirinya.